Wawancara Khusus Presiden Direktur-CEO PT XL Axiata
Strategi XL Menangi Pertarungan Bisnis Telko di Indonesia
Ahmad Luthfi - Okezone
Browser anda tidak mendukung iFrameSenin, 25 Maret 2013 14:26 wib
JAKARTA – PT XL Axiata (XL), provider
telekomunikasi yang kini dipegang oleh kepemimpinan Hasnul Suhaimi
berhasil menduduki peringkat tiga besar pada 2007. Progress Hasnul dalam
setahun sejak ia menjabat menjadi CEO XL di 2006, menempatkan XL dengan
pangsa pasar 10,5 persen.
“Di 2007, kita nomor 3 dari market share (pangsa pasar) 10,5 persen, Indosat 20-an persen, Telkomsel 60-an persen. Nah, 2007 strategi kita supaya nomor 2, price 90 persen diskon,” kata Hasnul.
Ia mengumpamakan, apabila perusahaan memiliki cost Rp900, pihaknya menjual Rp100 rata per menit. “Tetapi profitabilitasnya ternyata naik. Ebitda margin menjadi 53 persen dalam waktu empat tahun,” ujarnya.
Hasnul mengatakan, XL bisa meningkatkan pendapatannya menjadi 3 kali lipat, pelanggan naik 4 kali lipat, serta trafiknya melonjak drastic menjadi 30 kali lipat.
“Kami lakukan dengan cara yang pas dengan teknologi yang benar, cost kita gak secepat itu naiknya. Sehingga, ebitda margin naik dari 39 persen menjadi 53 persen,” jelasnya.
Hasnul mengungkapkan, dalam strategi jitunya tersebut, ternyata perusahaan sempat merugi. “Itu strategi kita, turunin harga, orang masuk banyak (pelanggan bertambah), orang nelefon banyak, revenue naik. Kita turunin cost, cost kita jaga, sehingga margin naik,” jelas pria yang menyabet penghargaan sebagai Chief Executive Officer (CEO) idaman dalam program Indonesia Top 20 Most Admired CEO (IMAC) 2013 yang diselenggarakan oleh Majalah Warta Ekonomi ini.
Strategi tersebut dilakukan XL hingga 2010. Lalu, strategi apakah yang dilancarkan berikutnya guna memenangi pertarungan bisnis industri telekomunikasi Indonesia? “Gak ada jalan lain kita harus ke internet. Habit-nya internet itu, orang murah saja gak cukup, orang cari kualitas bagus, mahal-mahal sedikit tapi oke,” terangnya.
Langkah yang dilakukan XL salah satunya ialah membuat jaringan dengan coverage area yang bagus di Indonesia. “Dengan cara begitu kita bisa jual, gak mahal-mahal amat tetapi sedikit lebih daripada yang paling low-end,” tambahnya.
Hasnul menjelaskan, meskipun pertumbuhan di data sangat meroket, namun kontribusi SMS dan voice masih tetap perlu diperhatikan. “SMS itu, tahun lalu masih grow 16 persen revenue-nya, voice 6 persen, kalau data 50 persen. Data masih mendominasi, tetapi total revenue tetap voice 50 persen, 28 persen SMS, 20 persen data, 2 persen konten,” jelas. (fmh)
“Di 2007, kita nomor 3 dari market share (pangsa pasar) 10,5 persen, Indosat 20-an persen, Telkomsel 60-an persen. Nah, 2007 strategi kita supaya nomor 2, price 90 persen diskon,” kata Hasnul.
Ia mengumpamakan, apabila perusahaan memiliki cost Rp900, pihaknya menjual Rp100 rata per menit. “Tetapi profitabilitasnya ternyata naik. Ebitda margin menjadi 53 persen dalam waktu empat tahun,” ujarnya.
Hasnul mengatakan, XL bisa meningkatkan pendapatannya menjadi 3 kali lipat, pelanggan naik 4 kali lipat, serta trafiknya melonjak drastic menjadi 30 kali lipat.
“Kami lakukan dengan cara yang pas dengan teknologi yang benar, cost kita gak secepat itu naiknya. Sehingga, ebitda margin naik dari 39 persen menjadi 53 persen,” jelasnya.
Hasnul mengungkapkan, dalam strategi jitunya tersebut, ternyata perusahaan sempat merugi. “Itu strategi kita, turunin harga, orang masuk banyak (pelanggan bertambah), orang nelefon banyak, revenue naik. Kita turunin cost, cost kita jaga, sehingga margin naik,” jelas pria yang menyabet penghargaan sebagai Chief Executive Officer (CEO) idaman dalam program Indonesia Top 20 Most Admired CEO (IMAC) 2013 yang diselenggarakan oleh Majalah Warta Ekonomi ini.
Strategi tersebut dilakukan XL hingga 2010. Lalu, strategi apakah yang dilancarkan berikutnya guna memenangi pertarungan bisnis industri telekomunikasi Indonesia? “Gak ada jalan lain kita harus ke internet. Habit-nya internet itu, orang murah saja gak cukup, orang cari kualitas bagus, mahal-mahal sedikit tapi oke,” terangnya.
Langkah yang dilakukan XL salah satunya ialah membuat jaringan dengan coverage area yang bagus di Indonesia. “Dengan cara begitu kita bisa jual, gak mahal-mahal amat tetapi sedikit lebih daripada yang paling low-end,” tambahnya.
Hasnul menjelaskan, meskipun pertumbuhan di data sangat meroket, namun kontribusi SMS dan voice masih tetap perlu diperhatikan. “SMS itu, tahun lalu masih grow 16 persen revenue-nya, voice 6 persen, kalau data 50 persen. Data masih mendominasi, tetapi total revenue tetap voice 50 persen, 28 persen SMS, 20 persen data, 2 persen konten,” jelas. (fmh)
No comments:
Post a Comment